Efek rumah kaca juga berdampak positif


Sesuai judul, di postingan kali ini saya mau bahas tentang Efek Rumah Kaca. Mungkin kalau untuk masalah yang ditimbulkan sudah basi untuk dibicarakan, karena sudah buanyak buanget yang ngebahas tentang dampak (negatif) dari Efek Rumah Kaca. Supaya gak basi nih, saya bahas aja dampak positif sesuai dari beberapa referensi yang saya dapat dari hasil bertapa selama 44 hari searching mbah gugel.

Efek Rumah Kaca yang kata orang kampung saya "Green House Effect" tidak selamanya berdampak negatif. Mengapa saya mengatakan hal tersebut? Sebelum saya memaparkan alasannya, sesuai kata pepatah "tak kenal maka tak sayang" (yang ini gak penting!!), alangkah baiknya jika kita membahas terlebih dahulu pengertian Efek Rumah Kaca tersebut

Apakah itu Efek Rumah Kaca?
          

Efek Rumah Kaca adalah peristiwa alam yang menyebabkan suhu bumi menjadi hangat. Tanpa adanya Efek Rumah Kaca, suhu permukaan bumi akan menjadi 33 derajat celcius lebih dingin. Gas Rumah Kaca seperti Karbondioksida, Metan, Nitrous Oksida, Hydrofluorocarbons, Perfluorocarbons, dan Sulfur Heksaflorida yang berada di atmosfer dihasilkan dari berbagai kegiatan manusia terutama yang berhubungan dengan pembakaran bahan bakar fosil (minyak, gas, dan batubara) seperti pada pembangkit tenaga listrik, kompor minyak, AC, komputer, kendaraan bermotor. Selain dihasilkan oleh hal tersebut, Gas Rumah Kaca juga dihasilkan dari penggundulan hutan serta aktifitas pertanian dan peternakan. Gas Rumah Kaca yang dihasilkan menyebabkan meningkatnya Gas Rumah Kaca di atmosfer. 

Mungkin masih ada beberapa yang bingung mengenai penjelasan di atas. Agar lebih mudah kita memahami kinerja Efek Rumah Kaca, saya ilustrasikan bumi sebagai sebuah mobil yang diparkir di cuaca cerah.


Suhu di dalam mobil tentu saja akan lebih tinggi daripada suhu diluar mobil.  Mengapa hal tersebut terjadi? Karena sinar matahari yang masuk ke dalam mobil melalui celah-celah kaca diserap oleh jok, karpet, dashboard dan benda-benda lain di dalam mobil. Ketika panas tersebut akan dilepaskan kembali, tidak semua panas tersebut bisa keluar melalui celah jendela, sebagian justru akan dipantulkan kembali. Panas tersebut akan diradiasikan kembali oleh benda-benda di dalam mobil. Sehingga sejumlah energi panas akan tetap berada di dalam mobil, dan sebagian kecil yang berhasil melepaskan diri. Pada akhirnya, terjadi peningkatan temperature di dalam mobil yang mengakibatkan semakin panas.

Hal tersebut persis seperti Efek Rumah Kaca. Sinar matahari mengenai atmosfer serta permukaan bumi. Sekitar 70% dari energi tersebut tetap tinggal dibumi, diserap oleh tanah, lautan, tumbuhan, dan benda-benda lain. 30% sisanya dipantulkan kembali melalui awan, hujan, serta benda reflektif lainnya. Tetapi panas yang 70% tersebut tidak selamanya berada di bumi. Benda-benda di sekitar planet yang menyerap cahaya matahari seringkali meradiasikan kembali panas yang diserapnya. Sebagian panas tersebut masuk ke ruang angkasa, tinggal di sana dan akan dipantulkan kembali ke bawah permukaan bumi ketika mengenai zat yang berada di atmosfer, seperti karbon dioksida, gas metana dan uap air. Panas tersebut yang membuat permukaan bumi tetap hangat dari pada di luar angkasa, karena energi lebih banyak yang terserap dibandingkan dengan yang dipantulkan kembali. 

Lalu, apa dampak positif dari Efek Rumah Kaca?

Dari pengertian di atas, dapat kita simpulkan bahwa tanpa adanya Efek Rumah Kaca, bumi kita ini akan menjadi seperti planet mars yang tidak memiliki atmosfer yang cukup untuk menahan sinar matahari dan energi panas. Semua energi panas tersebut tidak tertahan, sehingga menyebabkan suhu yang super dingin (saya gak pernah ke mars, cuma baca di gugel). Dan tentu saja, kita , hewan, tumbuhan, dan mahluk hidup lainnya tidak akan bisa bertahan hidup. Coba deh bayangin, kalo bumi kita ini memiliki suhu dibawah rata-rata. Atau mungkin bayangkan bumi itu adalah sebuah kulkas raksasa. Kebayang gak?


Semoga Bermanfaat!!


0 komentar: